Liburan ke Tokyo? Ini Dia 5 Kuil yang Wajib Dikunjungi

Leave a Comment
Berkunjung ke kuil saat liburan ke Jepang adalah salah satu kewajiban yang banyak direkomendasikan oleh buku-buku ataupun situs-situs traveling. Selain karena bentuk bangunannya yang unik, pemandangan di kuil-kuil tersebut juga menawarkan sesuatu yang tidak bisa kita jumpai disini. Terutama saat musim dingin, gugur dan semi.

Tetapi yang banyak orang awam belum ketahui bahwa sebenarnya terdapat 2 (dua) jenis kuil di Jepang yang dalam bahasa Indonesia agak sedikit sulit untuk dijelaskan karena sepertinya ada keterbatasan kosakata. Yang pertama Temple atau Kelenteng dan yang kedua Shrine atau Kuil itu sendiri.

Lalu kenapa memangnya harus mengetahui perbedaan antara Temple (Kelenteng) dan Shrine (Kuil)? Ada 2 (dua) alasan juga setidaknya. Yang pertama karena 2 (dua) nama tersebut adalah tempat ibadah untuk 2 (dua) keyakinan yang berbeda, Temple (Kelenteng) untuk agama Budha dan Shrine (Kuil) untuk agama Shinto. Dan yang kedua, dengan mengetahui perbedaannya maka kamu akan lebih bisa maksimal dalam mengeksplorasi.

Shinto dan Budha, dua agama tersebut dianut oleh mayoritas penduduk Jepang. Namun yang berbeda di Jepang, tidak ada larangan atau ketentuan yang mengatur bagi mereka untuk menganut 2 (dua) agama tersebut secara bersamaan. Agak aneh tentunya bagi kita yang tinggal di Indonesia dengan kebebasan tersebut. Tetapi segala sesuatu tentu ada sejarah atau latar belakang yang mendasarinya. Demikian juga apa yang terjadi di Jepang.

Keyakinan Shinto bermula sejak ribuan tahun yang lalu. Saat struktur tatanan masyarakat di Jepang masih dikuasai oleh kaum bangsawan (feodal). Masyarakat yang hidup pada masa tersebut percaya bahwa para Dewa (Kami) tak hanya tinggal di surga saja tetapi juga mendiami bumi.

Masing-masing klan bangsawan mempercayai Dewa-nya masing-masing dan membuat Shrine (kuil) sesuai Dewa yang mereka yakini tersebut. Kemudian dengan perantaraan para dukun dan cenayang mereka berdoa untuk para Dewa-nya.

Awal mula nama Shinto didapat dari pronunsiasi tulisan Cina, Shin Tao. Demikian juga agama Budha, dikenal oleh penduduk Jepang dari Cina. Meski awalnya kurang dapat diterima dengan baik karena bersinggungan dengan keyakinan Shinto tetapi lambat laun agama Budha dapat diterima dan justru melebur dengan Shinto.

Bagi masyarakat Jepang yang memeluk agama Shinto dan Budha secara bersamaan terdapat cara pandang yang berbeda terhadap kedua agama tersebut. Dengan adanya perbedaan tersebut, otomatis mereka pun akan pergi ke Temple (kelenteng) atau Shrine (kuil) sesuai cara pandangnya.

Shinto dianggap sebagai keyakinan yang berkaitan dengan kehidupan duniawi. Mereka pergi ke Shrine atau kuil untuk mengadakan pernikahan ataupun untuk berdoa demi kesuksesan dalam hidup dan bisnis.

Sementara mereka melihat Budha sebagai agama yang berhubungan dengan masalah spiritual. Untuk hal yang berkaitan dengan spiritualitas, mereka datang ke Temple atau kelenteng untuk mengadakan upacara pemakaman atau berdoa bagi para leluhurnya.

Lalu bagaimana cara membedakannya antara Temple (kelenteng) dan Shrine (kuil) supaya tidak salah? Mudahnya, baca saja nama akhiran dari tempat ibadahnya. Jika akhirannya jingu maka dapat dipastikan itu adalah Shrine (kuil). Tetapi jika akhiran namanya ji maka itu adalah Temple (kelenteng).

Secara fisik bangunan, Kelenteng (Temple) dan Kuil (Shrine) juga dapat dibedakan dengan mudah. Berikut ciri-ciri yang bisa dilihat agar tak salah saat berkunjung :

1.Kuil (Shrine)
a). Adanya Torii gate.
b). Ada sepasang singa penjaga di pintu masuk.
c). Ada air suci di pintu masuk untuk membersihkan mulut dan tangan.
d). Warna bangunan dominan oranye.

2. Kelenteng (Temple)
a). Adanya patung Budha.
b). Adanya tempat membakar dupa di pintu masuk.
c). Adanya pagoda.
d). Warna bangunan dominan coklat kayu.

Kalau diperhatikan kembali sebenarnya ada yang salah dengan judul diatas karena hanya dituliskan kuil. Padahal dalam daftar dibawah ini juga ada kelenteng. Tapi tak ada alasan lain koq, cuma untuk lebih mempermudah saja. Untuk itu langsung saja kita review ya.
1. Meiji jingu
Setelah membaca tulisan diatas, kamu pasti bisa langsung menebak. Ya, Meiji jingu adalah tempat ibadah bagi pemeluk agama Shinto. Meiji jingu dibangun sebagai persembahan untuk Kaisar Meiji dan istrinya, permaisuri Shoken. Lokasinya berada di pusat Tokyo dalam sebuah hutan kota yang luasnya 70 hektar, ini menjadikannya sebagai kuil terluas di Tokyo. Meiji jingu hanya berjarak satu menit jalan kaki dari stasiun Harajuku.
2. Senso-ji
Senso-ji adalah kelenteng Budha tertua di Jepang yang berlokasi di distrik Asakusa. Sejarah Senso-ji bermula dari penemuan patung Boddhisattva Kannon (Avalokittesvara) di sungai Sumida yang berada tak jauh dari situ oleh dua orang nelayan bersaudara.

Saat ini Senso-ji mampu menarik minat banyak pengunjung bukan hanya karena arsitektur bangunannya yang unik. Tetapi juga karena keberadaan toko-toko kecil di Nakamise dori (jalan) yang mengarah ke pintu masuk Senso-ji. Senso-ji dapat dengan mudah dicapai melalui stasiun Asakusa.
3. Sengakuji
Sengakuji adalah sebuah kelenteng yang didirikan sebagai tempat untuk mempelajari Budhism. Tetapi bagi orang awam, Sengakuji lebih dikenal karena ceritera “The Ako Insident”nya.

Kalau yang masih bingung dengan “The Ako Insident”, mungkin banyak yang lebih tahu tentang film Hollywood yang dibintangi Keanu reeves berjudul 47 Ronin. Judul film tersebut diangkat dari sebuah legenda nasional bertema loyalitas dan keberanian dari sejumlah pendekar Samurai tak bertuan yang hidup di masa tatanan masyarakat Jepang dikuasai oleh bangsawan.

Masyarakat Jepang biasanya mengadakan perayaan atas keberanian dan loyalitas para Ronin tersebut pada bulan Desember di Sengakuji. Tempat dimana jasad 47 Ronin tersebut disemayamkan. Sengakuji dapat dicapai hanya dengan beberapa langkah melalui stasiun terdekat yaitu Sengakuji station.
4. Nezu shrine
Salah satu ciri kuil di Jepang adalah adanya gerbang Torii yang umumnya berwarna oranye terang . Fushimi inari shrine di Kyoto adalah kuil yang paling terkenal di Jepang dengan ciri khas Torii-nya yang berjajar dengan jumlah puluhan ribu.

Buat yang ke Jepang tapi hanya punya waktu di Tokyo tak perlu berkecil hati. Karena Nezu shrine juga punya Torii yang meski jumlahnya tak sebanyak Fushimi inari shrine tetapi juga tak kalah bagus. Apalagi kalau liburannya di bulan April, saat 3 ribuan bunga Azalea yang mengapit Torii-torii tersebut bermekaran. Inilah yang jadi kelebihan dari Nezu shrine dibanding Fushimi inari shrine.

Stasiun kereta Nezu jadi tempat pemberhentian paling dekat untuk menuju Nezu shrine. Hanya dibutuhkan waktu 5 menit berjalan kaki saja untuk menuju ke tempat tersebut.
5.Zojo-ji
Daya tarik utama Zojo-ji tidak terletak pada bangunan utama kelentengnya. Tetapi pada pintu masuknya yang super besar yang dinamakan Sangedatsumon. Sejak pertama kali didirikan pada tahun 1622, Sangedatsumon telah melewati berbagai macam peristiwa musibah gempa, kebakaran dan perang. Tetapi tetap tegak berdiri sampai dengan saat ini tanpa mengalami kerusakan yang berarti dibanding bagian-bagian bangunan yang lain. Letaknya yang berada dekat dengan Tokyo tower menjadikan Zojo-ji tempat yang wajib dikunjungi. Zojo-ji dapat dicapai dengan mudah melalui stasiun Onarimon ataupun Shibakoen.

Selain kelima kuil tersebut, tentunya masih banyak lagi kuil-kuil di Tokyo yang menarik untuk dikunjungi. Tetapi karena liburan di Jepang juga harus memikirkan banyaknya obyek wisata lain yang tak kalah menarik. Kemudian faktor transportasi yang harus menggunakan kereta plus ditambah jalan kaki. Maka 5 (lima) kuil diatas dapat dipertimbangkan sebagai prioritas.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar