Lemo dalam bahasa Tana toraja berarti Jeruk. Di salah satu tebing yang menjadi tempat pemakaman di Lemo memang ada yang bentuknya bulat mirip buah Jeruk. Sementara lubang-lubang makam pada tebing goa terlihat seperti pori-pori buah yang kaya kandungan vitamin C tersebut.
Di komplek pemakaman Londa hidup ceritera tentang sepasang kekasih yang kisah asmaranya mirip dengan karya sastra William Shakespeare, yaitu Romeo dan Juliet. Selain itu, goa pemakaman di Londa ini terbilang sangat besar. Pengunjung dapat menyewa Lentera dari masyarakat setempat seharga 35 ribu untuk menjelajahi isi goa yang gelap. Dan berposelah di dalam goa layaknya Indiana Jones.
Suaya adalah komplek pemakaman bagi keluarga bangsawan Sangalla’. Dengan dikelilingi oleh persawahan, komplek pemakaman Suaya berada di tebing yang tidak terlalu besar dengan liang makam yang tidak terlalu banyak. Beberapa Tau-tau atau patung personifikasi dari orang yang dimakamkan ditempatkan di tebing dengan posisi tangan yang menengadah yang berarti menyambut siapapun yang berkunjung ke Suaya.
Jangan lupa bawa celana dan baju ganti saat ke Tana toraja. Bukan karena panasnya matahari yang bikin badan keringetan. Tapi karena kita bisa mandi di kolam alami Tilanga yang airnya sangat jernih. Bukan cuma bisa untuk sekedar mandi, tapi juga bisa untuk mencari peruntungan. Karena di Tilanga hidup belut bertelinga yang dikenal orang lokal dengan nama Masapi. Konon bagi yang melihat penampakannya akan mendapat anugerah rejeki karena hewan air ini jarang menampakan diri.
Siapa bilang orang Tana toraja hanya dimakamkan di dalam goa saja? Di perkampungan ini jenasah bayi yang belum tumbuh giginya dimakamkan didalam batang pohon Taraa’. Getah pohon Taraa’ yang berwarna putih dianggap sebagai representasi Air Susu Ibu. Sehingga diharapkan sang bayi dapat terus tumbuh besar walau di alam yang berbeda.
Kerbau memegang peranan penting dalam acara Rambu Solo’, prosesi pemakaman tradisi Tana toraja. Dimana saat acara ini diadakan, keluarga yang menyelenggarakan prosesi pemakaman akan memotong kerbau sebagai hewan kurban. Pasar Bolu adalah pasar kerbau terbesar di Tana toraja. Setiap 6 (enam) hari sekali adalah hari penjualan besar-besaran di pasar Bolu. Orang dari semua penjuru Toraja datang untuk menjual dan membeli Tedong (kerbau).
Perkampungan tradisional yang satu ini adalah tujuan nomor 1 untuk menghabiskan waktu libur di Tana toraja. Karena dari sekian banyak perkampungan tradisional lainnya, boleh dikatakan bahwa Ke’te kesu adalah yang terlengkap. Dimana rumah-rumah adat Tana toraja yaitu Tongkonan saling berdiri berjajar dan berhadap-hadapan. Dan komplek pemakamannya pun sangat besar dengan banyak tengkorak yang bertebaran.
Perut lapar dalam liburan wajib diobati dengan makanan tradisional yang enak. Ini dia warung yang namanya sudah dikenal lebih dari 20 tahun di kalangan masyarakat lokal yang menyajikan menu lengkap khas Tana toraja yang jarang ditemui di warung lainnya. Diantaranya adalah Pa’piong dan Pammarasan. Sebagai penyegar tenggorokan, ada arak atau Ballo, sebutan dari masyarakat setempat.
Untuk menuju Tana toraja dari Makassar bisa menggunakan bus ataupun menyewa mobil. Tak perlu ragu naik bus dari Makassar ke Tana toraja. Hilangkan bayangan kondisi bus yang kotor, berkarat dan kursi yang bau dan kumal. Bus-bus yang digunakan merupakan keluaran terbaru dari merk-merk Mercedes benz dan Scania.
Di Tana toraja masih banyak lagi objek wisata lainnya yang tak kalah menarik. Sangat disarankan untuk menyewa mobil dan pemandu wisata dalam menjelajahi Tana toraja. Sehingga bisa mengetahui juga tentang sejarah dan budaya masyarakat setempat. Biaya yang dibutuhkan untuk sewa mobil (Innova) termasuk didalamnya pemandu, supir dan bensin sebesar 800 ribu (perjalanan tahun 2015). Salamakki Battu ri Tana toraja!
0 komentar:
Posting Komentar