Menilik Jejak Perjuangan Pahlawan Emansipasi di Museum Kamar Pengabdian R. A. Kartini

Leave a Comment
>

Ini hanya asumsi pribadi hasil dari survei kecil-kecilan tanya ke teman-teman dekat. Sepertinya lebih banyak yang tahu kota kelahiran R. A. Kartini dibanding kota dimana beliau dimakamkan. Padahal di Rembang, kota dimana Ia beristirahat untuk selamanya juga menjadi tempat bagi beliau dalam menghasilkan karya-karya tulis.

Rembang menjadi bagian dari hidup R. A. Kartini dikarenakan beliau secara resmi disunting oleh K. R. M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, seseorang yang pernah menjabat sebagai Bupati di kota tersebut. Kini rumah dinas yang dulu ditempati oleh Bupati Djojo Adhiningrat yang berlokasi di jalan Gatot Soebroto no. 8 difungsikan sebagai museum yang berisi barang-barang yang berkaitan dengan R. A. Kartini dan tentunya juga karya-karyanya.

Museum kamar pengabdian R. A. Kartini dibagi menjadi 6 ruang pamer utama.


Yang pertama adalah ruang Kamar pengabdian R. A. Kartini. Di dalam ruangan ini dipamerkan sebuah tempat tidur kayu yang dalam bahasa Jawa disebut Amben, meja rias, meja tempat merawat bayi dan juga baju kebesaran Beliau yang seringkali terlihat dalam lukisan atau foto. Meski terdapat meja untuk merawat bayi, R. A Kartini sendiri tidak sempat merawat anak semata wayangnya. Karena Beliau wafat 4 hari setelah melahirkan karena pendarahan.

Ruang kedua adalah kamar Djojo Adhiningrat. Didalam ruangan ini dipamerkan foto-foto keluarga Djojo Adhiningrat dan R. A. Kartini beserta anak tunggalnya R. M. Singgih yang kemudian lebih dikenal dengan nama Soesalit. Foto-foto yang terpampang dilengkapi dengan petikan surat R. A Kartini kepada sahabat pena-nya yaitu Ny. Rosita Manuela Abendanon-Mandri.

Dari keterangan foto yang ada terungkap bahwa sangat bahagianya R. A. Kartini menikah dengan Djojo Adhiningrat. Dan betapa Beliau sebenarnya sangat mengharapkan anak perempuan dari pernikahannya itu. Namun suami dan anggota keluarga lainnya yang tinggal di rumah tersebut justru mengharapkan anak laki-laki. Soesalit, anak yang dilahirkan oleh R. A. Kartini juga menjadi anak satu-satunya dari Djojo Adhiningrat. Sebab dari pernikahannya dari Soekarmilah yang menjadi istri pertamanya, Beliau tidak dikaruniai anak.
Ruangan ketiga merupakan ruang keluarga. Disini tersimpan beberapa unit kursi dan meja tamu serta karya lukisan yang menggambarkan kerabat dari Djojo Adhiningrat. Yang menjadi daya tarik diruangan ini adalah payung dan tombak yang tersimpan dalam kotak kaca. Tetapi tanpa penjelasan yang rinci, 2 (dua) benda tersebut tidak diperbolehkan untuk difoto.
Ruang keempat adalah ruang dapur. Selayaknya dapur disini tersimpan perlengkapan makan yang dahulu digunakan oleh R. A. Kartini. Juga terdapat gawangan yang digunakan oleh R. A. Kartini untuk menyalurkan hobinya membatik. Sebuah lesung pemberian Ibu Tien saat perayaan 100 tahun R. A. Kartini turut ditempatkan disini.
Ruang kelima yang dinamakan ruang Habis Gelap Terbitlah Terang diisi oleh petikan-petikan tulisan dari R. A. Kartini. Bagi seorang perempuan yang dipingit dan tak diperbolehkan melanjutkan pendidikan dasar, buah pikiran R. A. Kartini sangatlah luar biasa karena mampu melewati sekat waktu.

Ruang keenam sebagai ruang terakhir merupakan ruang koleksi buku – buku dan surat-surat R. A. Kartini yang ditulis dalam bahasa Belanda. Di ruangan inilah tersimpan buku yang menjadi koleksi paling penting yaitu yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Bertambahnya wawasan sejarah hanyalah salah satu aspek yang didapat ketika berkunjung ke Museum R. A. Kartini. Tetapi bagi pengunjung perempuan, inspirasi dan rasa bangga menjadi bagian dari wanita Indonesia tercurah sepenuhnya disini.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar